maaf aku jarang posting di blog
tapi kalau udah posting pasti bermanfaat
kali ini aku bakal postik cerpen atau cerita pendek
sebenernya ini buatanku sama teman SMA ku namanya Ali
dan ini dibuat waktu SMA juga
yukk kita lihattt --->
MISTERI HUTAN
TERLARANG
Byuuur,
cipratan genangan air sisa hujan tadi malam mengenai jean dan bajuku. “
Astagfirullah, jadi kotor kan.” Gumamku. Mobil itu membuatku kesal dia bahkan
tak berhenti meminta maaf kepadaku. Aku harus kembali pulang dan mengganti bajuku,
memakai pakaian kotor akan membuatku menjadi bahan ejekan anak anak. Aku tahu
siapa pemilik mobil itu, salah satu pengusaha kaya di desa sebelah. Desa
ranggowati, tak seperti desaku jangankan mobil, penduduk yang memiliki sepeda pun
tak lebih dari 3 orang. Desa kami sangat miskin, berbeda dengan desa tetangga
sangat kaya, penduduknya hidup makmur dan sejahtera. Memang desa kami hanya
dibatasi oleh sebuah hutan tapi perbedaanya sangat terlihat. Menurut cerita
penduduk, hutan diperbatasan itu angker dan berbahaya. Selama aku dilahirkan
tidak ada yang berani masuk kedalam hutan tersebut katanya ada jin penunggu
hutan yang menyeramkan dan binatang buas, setiap malam akan ada suara suara menakutkan.
Kukayuh
sepedaku dengan cepat, kejadian tadi membuatku telat menjemput adikku. Disepanjang
perjalanan pulang dia berisik mengomeliku.
“
Sudah diamlah tadi abang harus pulang mengganti baju karena kecipratan air oleh
mobil. Dari pada kamu berisik pikirkan bagaimana rencana kita nanti malam,
rencana yang sudah kita susun berbulan bulan ini tidak boleh gagal. ” Ucapku.
“
iya iya, sudah kusiapkan semua bang, tinggal menyiapkan mental saja. Nanti kita
pasti bisa menaklukkan hutan itu.” Jawab adikku.
Malam
ini aku dan adikku sudah siap, peralatan dan bekal sudah kami siapkan dari
beberapa hari yang lalu, beruntung cuaca cerah dengan gemerlap bintang di
langit. Kami menyelusuri hutan dengan perlahan, gelap, sepi, hanya terdengar
suara semilir angin yang membuat daun bergerak dan bunyi burung hantu
bersahutan. Aku memegang kokoh tombak yang telah kubuat dari kayu trembesi
dengan ujung logam tajam. Sebagai jaga jaga jika ada binatang buas menyerang,
Sedang adikku didepan memegang senter sebagai penerangan.
Cahaya
bulan menembus pepohonan menemani perjalanan kami. Satu jam sejak kami memasuki
hutan, atmosfer hutan telah terasa. Pohon semakin tinggi dan besar, pakis dan
perdu berukuran raksasa membuat gerakan terhambat. Suasana hutan memang sedikit
menyeramkan dan sesekali terdengar suara suara aneh namun kami menikmatinya mengasikkan
sekali. Menyibak semak, melompati sungai kecil dan batang kayu melintang.
Tubuhku melesat lincah bersama adikku, tak ada rasa takut di hati kami, terus
menyelusuri hutan dengan berani. Sesekali kami beristirahat menghabiskan
sepotong ubi rebus dan air, bergurau menyegarkan tubuh.
“
lihatlah bang! Aku melihat sesuatu berlari, aku melihatnya remang remang. “ Adikku
berkata.
Sontak
kami berlari mengejar bayangan remang remang itu, tak kupedulikan kakiku yang
berdarah tersandung akar jati. Rasa penasaranku muncul. Akankah dugaanku benar.
Sepuluh menit dengan nafas tersenggal dan remang remang kami melihat sesosok
besar tinggi menakutkan.
“
Hei siapa kau?Apa kau penunggu hutan ini?“ Aku memberanikan diri bertanya. Dia
tetap diam hanya menggeram keras. Aku dan adikku mendorongnya mencoba
menyeruduk hingga jatuh namun usaha kami gagal, kami mental kembali keposisi
awal. Dia kuat sekali, namun aku tak yakin jika itu adalah jin ada bau parfum
yang kucium sangat lengket dihidungku. Aku tak kehabisan ide, kuacungkan mata
tombak yang kupegang dihadapannya. Saat aku akan menusukkannya, dia berlari dan
kami mengikutinya dari belakang berlari kencang, sampai dia tersudut jatuh
mengenai lumpur, adikku langsung memegang dan memukulnya dengan yang rotan yang
dibawa diranselnya, aku juga mengcungkan tombakku dihadapannya.
“Aduuh
ampun maaf kan, aku hanya orang suruhan untuk menakuti orang desa agar tak berani
memasuki hutan. Lihatlah itu! ” Dia berteriak dan menunjukkan sesuatu.
Kami
menoleh, dugaanku benar dibalik pepohonan ada beberapa orang dan mobil mobil pekerja
mengangkut kayu dan hasil tambang dari hutan ini.
“
Siapa yang menyuhmu menakutnkuti orang desa? Siapa yang bertanggung jawab atas
semua ini? “ Tanyaku tak sabar, mataku melotot marah.
“
Maafkan aku, aku hanya diutus oleh kepala desa ranggowati untuk menjaga hutan
ini dari desa seberang, agar sumber daya alam bisa diambil oleh desa ranggowati
sepenuhnya. “
“
Kau ikut kami ke kepala desa kami, dan jelaskan semuanya.”
Kami membawa orang tadi, mengikat
tangannya dan berjalan menuju desa. Kami saling diam tak ada suara apapun. Aku
marah, kenapa selama ini warga desa tidak ada yang berani, mereka hanya
mendengarkan dan mempercayai mitos mitos
yang disebar oleh orang orang desa ranggowati untuk kepentingannya sendiri. Hutan
yang seharusnya bisa dimanfaatkan oleh penduduk desa kami diambil sepenuhnya
oleh desa sebelah. Tak heran jika warga desa ranggowati makmur. Hatiku puas
telah menyelesaikan akar permasalahan ini.
MISTERI HUTAN
TERLARANG
(
Ali Mustofa/03 - Nur Fajri Hayyuni Maulidya/ 24 | XII IPA 7 – 2016/2017 )
Byuuur,
cipratan genangan air sisa hujan tadi malam mengenai jean dan bajuku. “
Astagfirullah, jadi kotor kan.” Gumamku. Mobil itu membuatku kesal dia bahkan
tak berhenti meminta maaf kepadaku. Aku harus kembali pulang dan mengganti
bajuku, memakai pakaian kotor akan membuatku menjadi bahan ejekan anak anak.
Aku tahu siapa pemilik mobil itu, salah satu pengusaha kaya di desa sebelah.
Desa ranggowati, tak seperti desaku jangankan mobil, penduduk yang memiliki
sepeda pun tak lebih dari 3 orang. Desa kami sangat miskin, berbeda dengan desa
tetangga sangat kaya, penduduknya hidup makmur dan sejahtera. Memang desa kami
hanya dibatasi oleh sebuah hutan tapi perbedaanya sangat terlihat. Menurut
cerita penduduk, hutan diperbatasan itu angker dan berbahaya. Selama aku
dilahirkan tidak ada yang berani masuk kedalam hutan tersebut katanya ada jin
penunggu hutan yang menyeramkan dan binatang buas, setiap malam akan ada suara
suara menakutkan.
Kukayuh
sepedaku dengan cepat, kejadian tadi membuatku telat menjemput adikku.
Disepanjang perjalanan pulang dia berisik mengomeliku.
“
Sudah diamlah tadi abang harus pulang mengganti baju karena kecipratan air oleh
mobil. Dari pada kamu berisik pikirkan bagaimana rencana kita nanti malam,
rencana yang sudah kita susun berbulan bulan ini tidak boleh gagal. ” Ucapku.
“
iya iya, sudah kusiapkan semua bang, tinggal menyiapkan mental saja. Nanti kita
pasti bisa menaklukkan hutan itu.” Jawab adikku.
Malam
ini aku dan adikku sudah siap, peralatan dan bekal sudah kami siapkan dari
beberapa hari yang lalu, beruntung cuaca cerah dengan gemerlap bintang di
langit. Kami menyelusuri hutan dengan perlahan, gelap, sepi, hanya terdengar
suara semilir angin yang membuat daun bergerak dan bunyi burung hantu
bersahutan. Aku memegang kokoh tombak yang telah kubuat dari kayu trembesi
dengan ujung logam tajam. Sebagai jaga jaga jika ada binatang buas menyerang,
Sedang adikku didepan memegang senter sebagai penerangan.
Cahaya
bulan menembus pepohonan menemani perjalanan kami. Satu jam sejak kami memasuki
hutan, atmosfer hutan telah terasa. Pohon semakin tinggi dan besar, pakis dan
perdu berukuran raksasa membuat gerakan terhambat. Suasana hutan memang sedikit
menyeramkan dan sesekali terdengar suara suara aneh namun kami menikmatinya
mengasikkan sekali. Menyibak semak, melompati sungai kecil dan batang kayu
melintang. Tubuhku melesat lincah bersama adikku, tak ada rasa takut di hati
kami, terus menyelusuri hutan dengan berani. Sesekali kami beristirahat
menghabiskan sepotong ubi rebus dan air, bergurau menyegarkan tubuh.
“
lihatlah bang! Aku melihat sesuatu berlari, aku melihatnya remang remang. “
Adikku berkata.
Sontak
kami berlari mengejar bayangan remang remang itu, tak kupedulikan kakiku yang
berdarah tersandung akar jati. Rasa penasaranku muncul. Akankah dugaanku benar.
Sepuluh menit dengan nafas tersenggal dan remang remang kami melihat sesosok
besar tinggi menakutkan.
“
Hei siapa kau?Apa kau penunggu hutan ini?“ Aku memberanikan diri bertanya. Dia
tetap diam hanya menggeram keras. Aku dan adikku mendorongnya mencoba
menyeruduk hingga jatuh namun usaha kami gagal, kami mental kembali keposisi
awal. Dia kuat sekali, namun aku tak yakin jika itu adalah jin ada bau parfum
yang kucium sangat lengket dihidungku. Aku tak kehabisan ide, kuacungkan mata
tombak yang kupegang dihadapannya. Saat aku akan menusukkannya, dia berlari dan
kami mengikutinya dari belakang berlari kencang, sampai dia tersudut jatuh
mengenai lumpur, adikku langsung memegang dan memukulnya dengan yang rotan yang dibawa di ransel, aku
juga mengcungkan tombakku dihadapannya.
“Aduuh,
ampun maaf kan aku hanya orang suruhan untuk menakuti orang desa agar tak
berani memasuki hutan. Lihatlah itu! ” Dia berteriak dan menunjukkan sesuatu.
Kami
menoleh, dugaanku benar dibalik pepohonan
ada beberapa orang dan mobil mobil pekerja mengangkut kayu dan hasil
tambang dari hutan ini.
“
Siapa yang menyuhmu menakutnkuti orang desa? Siapa yang bertanggung jawab atas
semua ini? “ Tanyaku tak sabar, mataku melotot marah .
“
Maafkan aku, aku hanya diutus oleh kepala desa ranggowati untuk menjaga hutan
ini dari desa seberang, agar sumber daya alam bisa diambil oleh desa ranggowati
sepenuhnya. “
“
Kau ikut kami ke kepala desa kami, dan jelaskan semuanya.”
Kami membawa orang tadi, mengikat
tangannya dan berjalan menuju desa. Kami saling diam tak ada suara apapun. Aku
marah, kenapa selama ini warga desa tidak ada yang berani, mereka hanya
mendengarkan dan mempercayai mitos mitos
yang disebar oleh orang orang desa ranggowati untuk kepentingannya sendiri.
Hutan yang seharusnya bisa dimanfaatkan oleh penduduk desa kami diambil
sepenuhnya oleh desa sebelah. Tak heran jika warga desa ranggowati makmur.
Hatiku puas telah menyelesaikan akar permasalahan ini.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar