nama

Semoga Bermanfaat

daun gugur

cursor

Buku Tamu

Cara Buat Buku Tamu disini

widget by Klinik-it

Senin, 06 Juni 2016

MENGUBAH TEKS NARASI MENJADI TEKS DIALOG (CONTOH)

Hey lama nih gak ketemu banyak tugas jadi blognya terlntar deh maafkan
nih kali ini ane post cotoh teks narasi,cetita,dongeng atau apalah diubah menjadi teks dialog
maaf blom bisa post cara ngubahnya
semoga bermanfaat ye

CONTOH 1


KISAH ABU NAWAS 
TARUHAN YANG BERBAHAYA

Pada suatu sore ketika Abu Nawas ke warung teh kawan-kawannya sudah berada di situ. Mereka memang sengaja sedang menunggu Abu Nawas.

"Nah ini Abu Nawas datang." kata salah seorang dari mereka.

"Ada apa?" kata Abu Nawas sambil memesan secangkir teh hangat.

"Kami tahu engkau selalu bisa melepaskan diri dari perangkap-perangkap yang dirancang Baginda Raja Harun Al Rasyid. Tetapi kami yakin kali ini engkau pasti dihukum Baginda Raja bila engkau berani melakukannya." kawan-kawan Abu Nawas membuka percakapan.

"Apa yang harus kutakutkan. Tidak ada sesuatu apapun yang perlu ditakuti kecuali kepada Allah Swt." kata Abu Nawas menentang.

"Selama ini belum pernah ada seorang pun di negeri ini yang berani memantati Baginda Raja Harun Al Rasyid. Bukankah begitu hai Abu Nawas?" tanya kawan Abu Nawas.

"Tentu saja tidak ada yang berani melakukan hal itu karena itu adalah pelecehan yang amat berat hukumannya pasti dipancung." kata Abu Nawas memberitahu.

"Itulah yang ingin kami ketahui darimu. Beranikah engkau melakukannya?"

"Sudah kukatakan bahwa aku hanya takut kepada Allah Swt. saja. Sekarang apa taruhannya bila aku bersedia melakukannya?" Abu Nawas ganti bertanya.

"Seratus keping uang emas. Disamping itu Baginda harus tertawa tatkala engkau
pantati." kata mereka. Abu Nawas pulang setelah menyanggupi tawaran yang amat berbahaya itu.

Kawan-kawan Abu Nawas tidak yakin Abu Nawas sanggup membuat Baginda Raja tertawa apalagi ketika dipantati. Kayaknya kali ini Abu Nawas harus berhadapan dengan algojo pemenggal kepala.

Minggu depan Baginda Raja Harun Al Rasyid akan mengadakan jamuan kenegaraan. Para menteri, pegawai istana dan orang-orang dekat Baginda diundang, termasuk Abu Nawas. Abu Nawas merasa hari-hari berlalu dengan cepat karena ia harus menciptakan jalan keluar yang paling aman bagi keselamatan lehernya dari pedang algojo. Tetapi bagi kawan-kawan Abu Nawas hari-hari terasa amat panjang. Karena mereka tak sabar menunggu pertaruhan yang amat mendebarkan itu.

Persiapan-persiapan di halaman istana sudah dimulai. Baginda Raja menginginkan perjamuan nanti meriah karena Baginda juga mengundang rajaraja dari negeri sahabat.

Ketika hari yang dijanjikan tiba, semua tamu sudah datang kecuali Abu Nawas. Kawan-kawan Abu Nawas yang menyaksikan dari jauh merasa kecewa karena Abu Nawas tidak hadir. Namun temyata mereka keliru. Abu Nawas bukannya tidak datang tetapi terlambat sehingga Abu Nawas duduk di tempat yang paling
belakang.

Ceramah-ceramah yang mengesankan mulai disampaikan oleh para ahli pidato. Dan tibalah giliran Baginda Raja Harun Al Rasyid menyampaikan pidatonya. Seusai menyampaikan pidato Baginda melihat Abu Nawas duduk sendirian di tempat yang tidak ada karpetnya. Karena merasa heran Baginda bertanya, "Mengapa engkau tidak duduk di atas karpet?"

"Paduka yang mulia, hamba haturkan terima kaslh atas perhatian Baginda. Hamba sudah merasa cukup bahagia duduk di sini." kata Abu Nawas.

"Wahai Abu Nawas, majulah dan duduklah di atas karpet nanti pakaianmu kotor karena duduk di atas tanah." Baginda Raja menyarankan.

"Ampun Tuanku yang mulia, sebenarnya hamba ini sudah duduk di atas karpet."

Baginda bingung mendengar pengakuan Abu Nawas. Karena Baginda melihat sendiri Abu Nawas duduk di atas lantai. "Karpet yang mana yang engkau maksudkan wahai Abu Nawas?" tanya Baginda masih bingung.

"Karpet hamba sendiri Tuanku yang mulia. Sekarang hamba selalu membawa karpet ke manapun hamba pergi." Kata Abu Nawas seolah-olah menyimpan misteri.

"Tetapi sejak tadi aku belum melihat karpet yang engkau bawa." kata Baginda Raja bertambah bingung.

"Baiklah Baginda yang mulia, kalau memang ingin tahu maka dengan senang hati hamba akan menunjukkan kepada Paduka yang mulia." kata Abu Nawas sambil beringsut-ringsut ke depan. Setelah cukup dekat dengan Baginda, Abu Nawas berdiri kemudian menungging menunjukkan potongan karpet yang ditempelkan di bagian pantatnya. Abu Nawas kini seolah-olah memantati Baginda Raja Harun Al Rasyid. Melihat ada sepotong karpet menempel di pantat Abu Nawas, Baginda Raja tak bisa membendung tawa sehingga beliau terpingkal-pingkal diikuti oleh para undangan.

Menyaksikan kejadian yang menggelikan itu kawan-kawan Abu Nawas merasa kagum.

Mereka harus rela melepas seratus keping uang emas untuk Abu Nawas 


TEKS DIALOG

KISAH ABU NAWAS 
TARUHAN YANG BERBAHAYA

Pada suatu sore ketika Abu Nawas ke warung teh kawan-kawannya sudah berada di situ. Mereka memang sengaja sedang menunggu Abu Nawas.

Abu Jahil         : “Nah ini Abu Nawas datang”
Abu Nawas     :”Ada apa ya?”
                         (sambil memesan secangkir teh hangat)
Abu Jahil         :” Kami tahu engkau selalu bisa melepaskan diri dari perangkap-perangkap  yang dirancang Baginda Raja Harun Al Rasyid. Tetapi kami yakin kali ini engkau pasti dihukum Baginda Raja bila engkau berani melakukannya”
Abu Nawas     :” Apa yang harus kutakutkan. Tidak ada sesuatu apapun yang perlu ditakuti kecuali kepada Allah Swt”
Abu Dahi        : "Selama ini belum pernah ada seorang pun di negeri ini yang berani memantati Baginda Raja Harun Al Rasyid. Bukankah begitu hai Abu Nawas?"
Abu Nawas     :” "Tentu saja tidak ada yang berani melakukan hal itu karena itu adalah pelecehan yang amat berat hukumannya pasti dipancung."
Abu Dahi        :” "Itulah yang ingin kami ketahui darimu. Beranikah engkau melakukannya?"
Abu Nawas     :” "Sudah kukatakan bahwa aku hanya takut kepada Allah Swt. saja. Sekarang apa taruhannya bila aku bersedia melakukannya?"
Abu Jahil         :"Sudah kukatakan bahwa aku hanya takut kepada Allah Swt. saja. Sekarang apa taruhannya bila aku bersedia melakukannya?"
Abu Nawas     :” Baiklah aku setuju”
                        (sambil berjalan pulang)
Abu Jahil         :”Wah berani sekali Abunawas “
Abu Dahi        :”Iya benar Kayaknya kali ini Abu Nawas harus berhadapan dengan algojo pemenggal kepala”

Seminggu kemudian, saat  Baginda Raja Harun Al Rasyid akan mengadakan jamuan kenegaraan. Semua menteri dan rakyatnya diundang. Ceramah ceramah mengesankan disampaikan oleh para ahli pidato. Dan pada saat Baginda Raja Harun Al Rasyid menyampaikan pidato

Baginda Raja  : “ Hey kau Abu Nawas, Mengapa engkau tidak duduk di atas karpet?"
Abu Nawas     : "Paduka yang mulia, hamba haturkan terima kaslh atas perhatian Baginda. Hamba sudah merasa cukup bahagia duduk di sini."
Baginda Raja  : "Wahai Abu Nawas, majulah dan duduklah di atas karpet nanti pakaianmu kotor karena duduk di atas tanah."
Abu Nawas     :” Ampun Tuanku yang mulia, sebenarnya hamba ini sudah duduk di atas karpet."
Baginda Raja  : "Karpet yang mana yang engkau maksudkan wahai Abu Nawas?"
            (Bingung)
Abu Nawas     :” "Karpet hamba sendiri Tuanku yang mulia. Sekarang hamba selalu membawa karpet ke manapun hamba pergi."
Baginda Raja  :” "Tetapi sejak tadi aku belum melihat karpet yang engkau bawa."
Abu Nawas     :"Baiklah Baginda yang mulia, kalau memang ingin tahu maka dengan senang hati hamba akan menunjukkan kepada Paduka yang mulia."
            (kedepan dan Berdiri)
Abu Nawas     :”Ini dia Karpetnya”
            (Abu Nawas berdiri kemudian menungging menunjukkan potongan karpet yang ditempelkan di bagian pantatnya. )
Baginda Raja dan Tamu Undangan    : “ Hahahahaaaaaa”
                        (tertawa Terpikal pikal )
Baginda Raja  :” kamu ini ada ada saja “
Abu Nawas     : “ Hee”

Keesokan Harinya diwarung

Abu Nawas     :”Hey Abu jahil, Abu Dahi gimana tadi malam hebatkan, Hahaaa”
Abu Dahi        :”Memang Abu Nawas tidak bisa di kalahin deh”
Abu Nawas     :”sekarang aku tagih janji kalian 100 uang dinar”
Abu jahil dan Abu Dahi          : “iya iya, ini uangnya “
                        (memberikan uang 100 dinar)
Abu Nawas     :”wahh terima kasiih yaa”
                        ( sambil berjalan pulang)

CONTOH 2



KISAH ABUNAWAS
100 EKOR KAMBING

BagindaHarun Al-Rasyid ingin mengadakan pesta. Ia lalu memanggil juru masak istana. Undangannya seluruh raja-raja dan permaisuri dari Timur Tengah. Untuk itu, menu masakannya berupa daging kambing,” kata Baginda. Sejenak juru masak berdiam, lalu berkata, Maaf paduka, untuk tamu sebanyak itu dibutuhkan 100 ekor kambing,” katanya.

Sontak para menteri kerajaan kaget mendengarnya. Mereka berpikir bagaimana mencari kambing sebanyak itu dalam waktu sehari. Walau begitu, Paduka Harun Al-Rasyid tetap pada pendiriannya. Apa pun alasannya, pesta masakan kambing harus tetap terlaksana besok.

Tiba-tiba, Abu Dahi angkat bicara. Jangan pusing. Serahkan saja semuanya pada Abunawas. Dijamin beres,” ujarnya. Kontan para menteri bersorak mendengarnya. Mereka gembira karena masalahnya akan segera selelsai.

Malam itu juga, Abu Dahi memanggil Abunawas. pokoknya, Aku tidak menerima alasan apa pun. Besok pagi, 100 ekor kambing harus tersedia dan telah disetor ke istana. Jika berhasil, sekantung emas akan raja berikan. Namun kalau gagal, penjara ganjarannya,” kata Abu Dahi dengan nada tinggi.

Abunawas kaget mendengar hal tersebut. Gila! ini tugas kelewatan. Mana bisa mencari 100 kambing dalam sehari. Apalagi di negeri ini jumlah kambing berkurang. Wah, nggak masuk akal,” gumamnya.

Pak Abu Dahi… Saya mau bertugas. Asal ada surat perintah yang jelas. Saya nggak mau disalahkan gara-gara tidak ada surat resmi, kata Abunawas kemudian.

Oh, tidak masalah. Ini surat perintahnya. ! Aku tulis sudah jelas… Harus cari 100 ekor kambing….” kata Abu Dahi sambil menyodorkan surat resmi yang ditandatangani seluruh menteri dan Raja Harun Al-Rasyid. Abunawas menerimanya sambil berlalu.

Dalam perjalanan pulang, otak Abunawas berpikir keras. Surat itu terus dibacanya ’100 ekor kambing’. Abunawas berhenti sejenak. Kemudian otak cerdiknya mulai bekerja. Sebentar kemudian, dia tersenyum kecil.

Abunawas batal pulang ke rumah. Ia langsung menuju rumah temannya, Abu Karim. Dia adalah seorang pedagang kambing di pasar. Kepada temannya itu, ia mengajukan pesanan khusus. Walau agak heran, Abu Karim tetap menuruti pesanan sahabatnya tersebut.

Esok paginya, Abunawas menarik keledai yang memanggul keranjang penuh isi ke istana. Seluruh menteri dan raja heran melihatnya. Apa-apaan kau ini? Bukankah surat raja sudah jelas… 100 ekor kambing… bukan keledai!” hardik Perdana Menteri Abu Dahi lantang. Abunawas menjawab dengan tersenyum. Jangan khawatir, saya tidak salah menjalankan tugas, dan inilah pesanannya, 100 ekor kambing. Silakan dihitung, jumlahnya lengkap 100 ekor, tidak kurang,” kata Abunawas seraya menunjukkan keranjangnya.

 Gila kamu! Kau pikir aku sinting? Aku kan pesen kambing, bukan ekornya, ini untuk pesta, bukan main-main!” bentak Abu Dahi

 Lho kan dalam surat perintahnya jelas, sesuai dengan yang diucapkan Anda dan para menteri kemarin. Silakan dibaca dan dicermati lagi…” Cari 100 ekor kambing… bukan cari 100 kambing…!” kata Abunawas.

Baginda Harun Al-Rasyid membaca dan mencermatinya. Ah benar juga, kau! Abunawas benar! Abu Dahi dan para menteri yang salah! Pokoknya aku nggak mau tahu, 100 kambing harus ada sekarang juga. Abu Dahi dan para menteri lainnya harus bertanggung jawab. Cari 100 kambing sekarang juga! tegas Baginda Harun Al-Rasyid.

 Abunawas tertawa riang. Ia membawa pulang sekantung emas. Sementara Abu Dahi dan para menteri kebingungan mencari kambing.

TEKS DIALOG


KISAH ABUNAWAS
100 EKOR KAMBING

Besok Baginda Harun Al-Rasyid ingin mengadakan pesta. Ia lalu memanggil juru masak istana. Undangannya seluruh raja-raja dan permaisuri dari Timur Tengah.

Baginda Raja                   :”Para juru masak berkumpul”
Para Juru Masak             :” Baik Tuan”
Baginda Raja                 :” aku ingin mengadakan pesta masakan kambing untuk seluruh raja raja dan permaisuri dari Timur  Tengah ”
Para Juru Masak      :” Maaf paduka, untuk tamu sebanyak itu dibutuhkan 100 ekor kambing,katanya”
Baginda Raja           :”Baik aku akan menyuruh para menteri mencarikan 100 ekor kanbing”
Sontak para menteri kerajaan kaget mendengarnya. Mereka berpikir bagaimana mencari kambing sebanyak itu dalam waktu sehari. Tiba-tiba, Abu Dahi angkat bicara.
Abu Dahi                   : “Jangan pusing. Serahkan saja semuanya pada Abunawas. Dijamin beres”
Para Menteri                     :” oh iya benar itu, dia kan sangat cerdik”

Malam harinya Abu Nawas dipanggil oleh Abu Dahi
Abu Dahi                              :”terimakasih kau sudah kesini. aku punya tugas untukmu, pokoknya, Aku tidak menerima alasan apa pun. Besok pagi, 100 ekor kambing harus tersedia dan telah disetor ke istana. Jika berhasil, sekantung emas akan raja berikan. Namun kalau gagal, penjara ganjarannya.”
Abu Nawas                         : (kaget dan bergumam) Gila! ini tugas kelewatan. Mana bisa mencari 100 kambing dalam sehari. Apalagi di negeri ini jumlah kambing berkurang. Wah, nggak masuk akal
Abu Dahi                              :” Pokoknya besok harus ada 100 ekor kambing”
Abu Nawas                         : “Saya mau bertugas. Asal ada surat perintah yang jelas. Saya nggak mau disalahkan gara-gara tidak ada surat resmi”
Abu Dahi                              : “Oh, tidak masalah. Ini surat perintahnya. ! Aku tulis sudah jelas… Harus cari 100 ekor kambing yang telah ditandatangani seluruh menteri dan Raja Harun”
                                                (sambil menyodorkan surat itu)
Abu Nawas                         : “ baiklah “
                                                ( menerima surat dan pergi pulang )

Ditengah perjalanan Abu Nawas berhenti sejenak. Abunawas batal pulang ke rumah. Ia langsung menuju rumah temannya, Abu Karim. Dia adalah seorang pedagang kambing di pasar. Kepada temannya itu, ia mengajukan pesanan khusus.

Abu Nawas                         : ( berbisik )
Abu Karim                           : “ Untuk apa sebyak itu ?”
Abu Nawas                         : “Sudahlah pokoknya aku pesan itu besok pagi ya. Aku di perintah Baginda Raja“
Abu Karim                           : “ Iya baiklah “

Esok paginya, Abunawas menarik keledai yang memanggul keranjang penuh isi ke istana. Seluruh menteri dan raja heran melihatnya

Abu Dahi                              : “Apa-apaan kau ini? Bukankah surat raja sudah jelas… 100 ekor kambing… bukan keledai!”
Abu Nawas                         : “Jangan khawatir, saya tidak salah menjalankan tugas, dan inilah pesanannya, 100 ekor kambing. Silakan dihitung, jumlahnya lengkap 100 ekor, tidak kurang”
Abu Dahi                              : “Gila kamu! Kau pikir aku sinting? Aku kan pesen kambing, bukan ekornya, ini untuk pesta, bukan main-main”
Abu Nawas                         : “Lho kan dalam surat perintahnya jelas, sesuai dengan yang diucapkan Anda dan para menteri kemarin. Silakan dibaca dan dicermati lagi…” Cari 100 ekor kambing… bukan cari 100 kambing”
Baginda Raja                      :” Ah benar juga, kau! Abunawas benar! Abu Dahi dan para menteri yang salah! Pokoknya aku nggak mau tahu, 100 kambing harus ada sekarang juga. Abu Dahi dan para menteri lainnya harus bertanggung jawab. Cari 100 kambing sekarang juga. Dan kau Abu Nawas ini sekantung emas dariku
                                               
Abunawas tertawa riang. Ia membawa pulang sekantung emas. Sementara Abu Dahi dan para menteri kebingungan mencari kambing.
 





 





Tidak ada komentar :

Posting Komentar